Identifikasi spesies nyamuk genus Mansonia dan deteksi molekuler terhadap mikrofilaria/larva cacing Brugia malayi pada nyamuk genus Mansonia
Main Article Content
Filariasis merupakan penyakit menular menahun dengan kecacatan seumur hidup yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria.
Daerah endemis filariasis di Indonesia tersebar cukup luas. Sebanyak 70% kasus ini disebabkan oleh Brugia malayi. Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan termasuk salah satu wilayah endemis filariasis malayi. Pemutusan transmisi vektor merupakan
unsur utama program eliminasi filariasis limfatik sehingga metode deteksi untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva pada
nyamuk adalah sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis spesises nyamuk Mansonia sebagai vektor
filaria di Banyuasin dan mendeteksi DNA mikrofilaria/larvafilaria Brugia malayi pada tubuh vektor. Penelitian ini merupakan uji
laboratoris yang dilaksanakan pada tiga Rukun Tetangga (RT) di Desa Sungai Rengit Murni yang lokasinya berdekatan dengan
sungai/rawa dan pemukiman. Sampel adalah semua nyamuk genus Mansonia betina. Penangkapan dilakukan dengan umpan
hewan/sapi yang dimasukkan di dalam kelambu. Identifikasi nyamuk dilakukan di Lokalitbang P2B2 Baturaja dan identifikasi
molekuler dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi RSMH Palembang. Populasi nyamuk yang berhasil ditangkap dengan
umpan sapi sebanyak 3085 ekor dengan populasi nyamuk dominan berasal dari genus Culex dan Mansonia.Sebanyak tujuh
spesies nyamuk genus Mansoniaditemukan yakni : Ma. uniformis, Ma. africana, Ma. indiana, Ma. dives, Ma. annulifera, Ma.
annulata dan Ma. Bonneae. Total jumlah nyamuk Mansonia yang didapat berjumlah 906 ekor yang dibagi dalam 50 pool. Pada
hasil pemeriksaan laboratorium molekuler didapat hasil tidak munculnya pita di titik 322 bp atau 644 bp yang merupakan rantai
DNA dari Brugia malayi. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa ditemukan tujuh spesies nyamuk dari genus Mansonia. Pada uji
molekuler tidak ditemukan larva/mikrofilaria. Sebagai saran dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode pemeriksaan
molekuler yang lebih spesifik untuk mendeteksi keberadaan mikrofilaria dalam tubuh vektor, memperbanyak jumlah sampel
sehingga peluang untuk ditemukannya akan semakin besar.