Karakteristik Penderita Kejang Demam di Instalasi Rawat Inap Bagian Anak Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang
Main Article Content
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranial. Beberapa faktor demografi seperti usia dan jenis kelamin turut membentuk pola
terjadinya kejang demam. Manifestasi klinis dan pungsi lumbal sangat penting dalam mengklasifikasikan dan
membantu menegakkan diagnosis kejang demam. Hingga kini angka kejadian kejang demam masih cukup tinggi tapi
belum ada data mengenai karakteristik kejang demam secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
distribusi penderita kejang demam berdasarkan karakteristik demografi dan klinis. Populasi penelitian adalah penderita
kejang demam yang dirawat inap di RSMH Palembang sejak Januari 2006 hingga Januari 2008. Dari data yang terdapat
dalam rekam medik diketahui bahwa angka kejadian kejang demam selama periode tersebut sebesar 37,2%. Kejang
demam paling banyak menyerang anak laki-laki dengan usia 1-2 tahun. Pencetus kejang demam yang utama adalah
infeksi saluran napas atas. Kejang paling sering terjadi selama ≤ 15 menit, dengan frekuensi ≥ 2 kali kejang dalam 1
periode demam, bersifat umum dengan jenis tonik klonik. Sebagian besar kejang yang dialami penderita tergolong
dalam KDK. Lebih dari separuh total sampel memiliki faktor risiko kejang demam berulang dan epilepsi. Hanya
sebagian kecil penderita menjalani pemeriksaan pungsi lumbal, EEG dan CT-scan. Kebanyakan penderita mendapat
profilaksis intermitten.