Main Article Content

Sari
Yulia Iriani
R.M. Suryadi Tjekyan

Mayoritas pasien Pediatric Intensive Care Unit (PICU) mendapatkan terapi antibiotik secara empirik. Pemilihan terapi
empirik membutuhkan data pola kuman dan resistensi antibiotik sebagai data klinis untuk menentukan terapi antibiotik
yang tepat pada pasien PICU.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola kuman dan resistensi antibiotik dari
hasil kultur darah, urin dan sekret bronkus pasien Pediatric Intensive Care Unit Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang periode Januari-Juni 2013. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan 219 pasien di PICU dari
Januari-Juni 2013. Data diperoleh dari rekam medis dan register Laboratorium Mikrobiologi Klinis RSMH Palembang.
Dari 219 spesimen kultur darah, urin dan sekret ETT didapatkan kultur darah (14%), kultur urin (70.1%) dan kultur
sekret ETT (94.3%) yang positif. Mikroorganisme terbanyak dari spesimen kultur darah adalah Staphylococcus aureus
(3.7%), Enterococcus aeroginosa (2.8%) dan Acinetobacter calcoaciticus (1.9%), kultur urin (29.9%) adalah Klebsiella
Pneumonia (9.1%), Escherichia coli (7.8%) dan Enterococcus faecalis (3.9%) dan kultur sekret ETT (94.3%) adalah
Acinetobacter calcoaciticus (34.3%). Dari 26 antibiotik yang telah diujikan terhadap semua bakteri gram positif dan
gram negatif masih sensitif terhadap amikasin (100%). Bakteri gram negatif sensitif terhadap gentamisin (100%).
Pseudomonas spp dan Enterobacterspp sensitif terhadap kloramfenikol (100%). Bakteri gram positif sensitif terhadap
vankomisin (100%). Bakteri gram negatif sensitif terhadap fosfomisin dan meropenem. Penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak semua antibiotik yang digunakan di PICU dapat dijadikan sebagai terapi empirik karena adanya perbedaan
sensitivitas terhadap bakteri yang diujikan.

Keywords: PICU Pola Bakteri Terapi Empirik Antibiotik