Main Article Content

Reza Mayasari
Rusmawardiana
Fifa Argentina
Ika Sartika
Suly Auline Rusminan

Morbus Hansen (MH) merupakan salah satu penyakit tropis yang terabaikan dan membutuhkan perhatian khusus. Morbus Hansen memiliki berbagai gambaran klinis, mikrobiologis,dan histopatologis. Ketidaksesuaian antara gambaran klinis dan histopatologis menyebabkan kesulitan diagnosis tipe MH. Hal ini berdampak pada pemilihan obat MH yang mempengaruhi transmisi penyakit, relaps, kecacatan, dan deformitas. Dilaporkan kasusseorang laki-laki, 55 tahun dengan bercak merah meninggi di wajah, badan, kedua lengan dan tungkai yang bertambah banyak sejak 1 pekan lalu. Pada pemeriksaan saraf perifer ditemukan pembesaran nervus aurikularis magnus sinistra, penurunan fungsi sensorik digiti III, IV,V palmar manus sinistra, plantar pedis bilateral, dan penurunan fungsi motoriknervus medianus dekstra et sinistra dan nervus peroneus komunis sinistra. Pemeriksaan BTA mikroskopis ditemukan indeks bakteri (IB) +1 dan indeks morfologi (IM) 82%. Pemeriksaan histopatologis kesan MH tipe BT. Pasien mendapat terapi MDT MB dan mengalami perbaikan klinis. Diagnosis tipe MH yang ideal tidak dapat ditentukan hanya dengan gambaran klinis saja atau histopatologis saja. Korelasi gambaran klinis dan histopatologis disertai indeks bakteriologis lebih berguna untuk menentukan tipe MH secara lebih tepat dibandingkan hanya mempertimbangkan salah satu parameter saja. Jika ditemukan perbedaan antara gambaran klinis dan histopatologis, maka pasien diterapi berdasarkan tipe MH yang lebih berat, yaitu ke arah kutub lepromatosa untuk mencegah pengobatan tidak adekuat.

Keywords: diagnosis klinis hispatologis borderline tuberculoid mid borderline